Kamis, 24 Maret 2011

Musik Jawa tengah Jawa Timur

     Seni Musik Jawa Tengah
SITER – ALAT MUSIK JAWA TENGAH
Suaranya lembut dan jernih layaknya alat musik petik lainnya. Melodi yang dimainkan oleh siter bisa sangat variatif. Alat musik Jawa Tengah ini memang sudah jarang dimainkan. Bahkan saat ini ternacam punah. Padahal siter adalah gitar Jawa yang suaranya tidak kalah menarik bila dibandingkan dengan guzheng (Cina) atau sitar (India).

Alat musik ini berukuran 20x50 cm. Bahannya dari kayu jati dan memiliki 13-24 senar. Siter memiliki dua sisi. Sisi pertama disebut pelog dan sisi yang lain disebut slendro. Siter adalahpasangan gamelan Jawa. Musik eksotis gamelan Jawa tradisional, sudah wajib hukumnya untuk diiringi siter.
Gitar Jawa ini memiliki suara yang indah. Konon pada saat pembuatan, tidak sembarang orang bisa menyetemnya. Inilah kenapa orang-oang yang bisa menyetem siter dianggap maestro dalam musik Jawa.
Ada beberapa yang mengatakan bahwa siter mengadopsi banyak gayaIndia. Ini karena namanya hampir sama dengan alat petik negeri Asia Selatan tersebut. Dalam memainkan gitar Jawa ini, biasanya tempo para musisi cenderung cepat. Ini karena alat musik ini merupakan jenis alat musik pengiring. Cara memainkannya hampir sama dengan kecapi, memakai dua tangan dan ibu jari sebagai penahan getaran dari senar.

Slendro dan Pelog, Nada Khas Siter
Slendro dan pelog saling berhubungan. Ini merupakan nama nada yang ada dalam siter. Gitar Jawa tradisional ini dibagai menjadi dua bagaian nada. Dari 24 senar yang ada, biasanya 11 disetel nada slendo dan 13 lagi disetel nada pelog.
Perbedaan nada dari pelog dan slendro itu akan terdengar sangat jelas ketika dimainkan. Nada yang dikeluarkan oleh pelog itu berada dua skala lebih dari gamelan asli Bali dan Jawa. Dalam pelog, nada dibuat dengan merangkai beberapa interval yang lebar. Interval nada dari pelog cenderung ekstrim. Pelog memiliki 7 nada. Ketujuh nada itu disebut “dada”, “nem”,”gulu”, “lima”, “bem” dan “pelog”.
Nada lain yang dikelularkan oleh slendro sifatnya lebih mudah dicerna daripada pelog. Slendro sifatnya lebih fleksibel dan berjarak hampir sama dalam satu oktaf. Slendro memiliki 5 dasar nada. Interval nadanya pun lebih sempit dengan pelog. Tangga nada slendro mempunyai sebutan “siji”, “loro”, “telu”, lima”, “enem”.
Selain Siter ada beberapa alat musik tradisonal Jawa Tengah lain yang tidak kalah menarik yang disebut celempung. Siter dan celempung merupakan dua alat musik yang berbeda. Karena keduanya hampir selalu dimainkan secara bersamaan, maka banyak orang yang menganggap siter dan celempung merupakan alat musik yang sama.
Saat ini, gitar Jawa yang mempunyai suara unik sudah hampir punah. Ada baiknya kita mengenalnya dan lebih baik lagi jika kita mencoba memainkannya. Siter adalah pintu sejarah. Musik yang diciptakannya bisa menjadi aat pembuka bagi sejarah yang lain.

1.2.    Gamelan Jawa


Bagi masyarakat Jawa khususnya, gamelan bukanlah sesuatu yang asing dalam kehidupan kesehariannya. Dengan kata lain, masyarakat tahu benar mana yang disebut gamelan atau seperangkat gamelan. Mereka telah mengenal istilah ‘gamelan‘, ‘karawitan‘, atau ‘gangsa‘. Namun barangkali masih banyak yang belum mengetahui bagaimana sejarah perkembangan gamelan itu sendiri, sejak kapan gamelan mulai ada di Jawa?.
Seorang sarjana berkebangsaan Belanda bernama Dr. J.L.A. Brandes secara teoritis mengatakan bahwa jauh sebelum datangnya pengaruh budaya India, bangsa Jawa telah rnemiliki ketrampilan budaya atau pengetahuan yang mencakup 10 butir (Brandes, 1889) :
1.    wayang,
2.    gamelan,
3.    ilmu irama sanjak,
4.    batik,
5.    pengerjaan logam,
6.    sistem mata uang sendiri,
7.    ilmu teknologi pelayaran,
8.    astronomi,
9.    pertanian sawah,
10.    birokrasi pemerintahan yang teratur
Sepuluh butir ketrampilan budaya tersebut bukan dari pemberian bangsa Hindu dari India. Kalau teori itu benar berarti keberadaan gamelan dan wayang sudah ada sejak jaman prasejarah. Namun tahun yang tepat sulit diketahui karena pada masa prasejarah masyarakat belum mengenal sistem tulisan. Tidak ada bukti-bukti tertulis yang dapat dipakai untuk melacak dan merunut gamelan pada masa prasejarah.
Gamelan adalah produk budaya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan kesenian. Kesenian merupakan salah satu unsur budaya yang bersifat universal. Ini berarti bahwa setiap bangsa dipastikan memiliki kesenian, namun wujudnya berbeda antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Apabila antar bangsa terjadi kontak budaya maka keseniannya pun juga ikut berkontak sehingga dapat terjadi satu bangsa akan menyerap atau mengarn bila unsur seni dari bangsa lain disesuaikan dengan kondisi seternpat. Oleh karena itu sejak keberadaan gamelan sampai sekarang telah terjadi perubahan dan perkembangan, khususnya dalam kelengkapan ansambelnya.
Istilah “karawitan” yang digunakan untuk merujuk pada kesenian gamelan banyak dipakai oleh kalangan masyarakat Jawa. Istilah tersebut mengalami perkembangan penggunaan maupun pemaknaannya. Banyak orang memaknai “karawitan” berangkat dari kata dasar “rawit” yang berarti kecil, halus atau rumit. Konon, di lingkungan kraton Surakarta, istilah karawitan pernah juga digunakan sebagai payung dari beberapa cabang kesenian seperti: tatah sungging, ukir, tari, hingga pedhalangan.
Dalarn pengertian yang sempit istilah karawitan dipakai untuk menyebut suatu jenis seni suara atau musik yang mengandung salah satu atau kedua unsur berikut.        :

1.    Menggunakan alat musik gamelan sebagian atau seluruhnya baik berlaras slendro atau pelog.
2.    Menggunakan laras (tangga nada slendro) dan pelog baik instrumental gamelan atau non gamelan maupun vocal atau carnpuran dari keduanya.
Gamelan Jawa sekarang ini bukan hanya dikenal di Indonesia saja, bahkan telah berkembang di luar negeri seperti di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Canada. Karawitan telah ‘mendunia’. Oleh karna itu cukup ironis apabila bangsa Jawa sebagai pewaris langsung malahan tidak mau peduli terhadap seni gamelan atau seni karawitan pada khususnya atau kebudayaan Jawa pada umumnya. Bangsa lain begitu tekunnya mempelajari gamelan Jawa, bahkan di beberapa negara memiliki seperangkat gamelan Jawa. Sudah selayaknya masyarakat Jawa menghargai karya agung nenek moyang sendiri.

1.3    Sumber data tentang gamelan

Kebudayaan Jawa setelah masa prasejarah memasuki era baru yaitu suatu masa ketika kebudayaan dari luar -dalam hal ini kebudayaan India- mulai berpengaruh. Kebudayaan Jawa mulai memasuki jaman sejarah yang ditandai dengan adanya sistem tulisan dalam kehidupan masyarakat. Dilihat dari perspektif historis selama kurun waktu antara abad VIll sampai abad XV Masehi kebudayaan Jawa, mendapat pengayaan unsur-unsur kebudayaan India. Tampaknya unsur-unsur budaya India juga dapat dilihat pada kesenian seperti gamelan dan seni tari. Transformasi budaya musik ke Jawa melalui jalur agama Hindu-Budha.
Data-data tentang keberadaan gamelan ditemukan di dalam sumber verbal yakni sumber-sumber tertulis yang berupa prasasti dan kitab-kitab kesusastraan yang berasal dari masa Hindu-Budha dan sumber piktorial berupa relief yang dipahatkan pada bangunan candi baik pada candi-candi yang berasal dari masa klasik Jawa Tengah (abad ke-7 sampai abad ke-10) dan candi-candi yang berasal dari masa klasik Jawa Timur yang lebih muda (abad ke-11 sampai abad ke-15) (Haryono, 1985). Dalam sumber-sumber tertulis masa Jawa Timur kelompok ansambel gamelan dikatakan sebagai “tabeh-tabehan” (bahasa Jawa baru ‘tabuh-tabuhan’ atau ‘tetabuhan’ yang berarti segala sesuatu yang ditabuh atau dibunyikan dengan dipukul). Zoetmulder menjelaskan kata “gamèl” dengan alat musik perkusi yakni alat musik yang dipukul (1982). Dalam bahasa Jawa ada kata “gèmbèl” yang berarti ‘alat pemukul’. Dalam bahasa Bali ada istilah ‘gambèlan’ yang kemudian mungkin menjadi istilah ‘gamelan’. Istilah ‘gamelan’ telah disebut dalam kaitannya dengan musik. Namur dalam masa Kadiri (sekitar abad ke¬13 Masehi), seorang ahli musik Judith Becker malahan mengatakan bahwa kata ‘gamelan’ berasal dari nama seorang pendeta Burma dan seorang ahli besi bernama Gumlao. Kalau pendapat Becker ini benar adanya, tentunya istilah ‘gamelan’ dijumpai juga di Burma atau di beberapa daerah di Asia Tenggara daratan, namun ternyata tidak.
       
1.3.    Fungsi Musik Jawa Tengah dan Jawa Timur

1.     Fungsi Individual
Musik merupakan atau mengekspresikan gejolak hati, jiwa,perasaan, atau kegalauan yang terpendam dalam hatinya. Melalui syair lagu misalnya seniman musik dapat mengkritik/memprotes kondisi lingkungan, rasa cinta sesama manusia, alam dan Sang Pencipta.
2.     Fungsi Sosial
Musik memiliki peran besar dalam kehidupan manusia, dalam sebuah upacara adat, upacara kenegaraan, upacara keagamaan, penyambutan tamu, pesta pernikahan, dan lain-lain.
 a) Media Rekreasi atau Hiburan
b) Media Komunikasi
c) Media Pendidikan
d) Media Pemujaan ( Keagamaan)

1.4.    Alat Musik daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur

a.    Saron
Alat ini dimainkan dengan di pukul memakai suatu alat pemukul yang terbuat daari kayu yang keras. Saron merupakan pengisi melodi utama dalam permainan gamelan. Alat ini merupakan alat berbilah dengan bahan dasar kuningan atau perunggu.
b.    Demung
Bentuk dan fungsinya sama seperti Saron namun damung nadanya lebih rendah satu Oktaf dari pada Saron dan kedengaran lebih keras dari pada saron pemukul untuk damung juga berukuran lebih besar dari pada pemukul saron.
c.    Peking
Alat ini  berukuran lebih kecil dari pada saron dan suaranya satu oktaf lebih tinggi dari saron. Fungsinya sebagai pemberi warna melodi dalam permainan Gamelan.
d.    Bonang barung
Bonang barung merupakan alat musik berpencu yang terbuat dari perunggu. Alat ini dipukul dengan kayu berbentuk batangan yang salah satu ujungnya dililit dengan kain dan dipukul dengan dua arah pemukul.  Merupakan kepala utama dalam melodis gamelan.
e.    Boning penerung
Alat ini merupakan pengisi harmoni bunyi bonang Barung dan sering diistilahkan bahwa alat ini istri Bonang Barung yang akan selalu mendampinginnya dalam setiap permainan gamelan.
f.    Kenong
Alat ini merupakan pengisi akor atau harmoni dalam permainan Gamelan sehingga alat ini tidak memainkan melodi lagu yang dimainkan dalam permainan Gamelan dan alat ini terbuat dari perunggu namun lebih besar dari Bonang.
g.    Goong
Goong adalah suatu alat musik Gamelan yang terbuat dari perunggu yang termasuk Gamelan berpencu. Goong dimainkan dengan cara dipukul, fungsinya untuk memberi tanda berakhirnya sebuah Gatra dan juga untuk menandai mulainya dan berakhirnya Gending.
h.    Kempul
Alat ini berfungsi sebagai pemangku irama atau menegaskan irama melodi.alat ini terbuat dari perunggu dan alat ini berukuran palling besar dibandingkan alat-alat bernada lainnya.
i.    Kendang
Alat ini dimainkan dengan cara dipukul dengan kedua tangan pada setiap sisinya. Kendang merupakan kepala yang memimpin setiap permainan Gamelan, karena inilah yang berfungsi menjadi penentu setiap ritme yyang ada dalam permainan Gamelan.

0 Comment's:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...