Kamis, 31 Maret 2011

Musik Jentreng Tarawangsa




      Pengertian Musik Jentreng Tarawangsa


Tarawangsa adalah kesenian dari sumedang tepatnya dari rancakalong yang merupakan salah satu jenis kesenian rakyat yang ada di Jawa Barat. "Tarawangsa" sendiri memiliki arti alat musik gesek yang memiliki dua dawai yang terbuat dari kawat baja atau besi dan nama dari salah satu jenis musik tradisional Sunda. Menurut sumber, Tarawangsa lebih tua keberadaannya daripada rebab, dan alat gesek yang lain. Rebab muncul di tanah Jawa setelah zaman Islam sekitar abad ke-1516, merupakan adaptasi dari alat gesek bangsa Arab yang dibawa oleh para penyebar Islam dari tanah Arab dan India. Setelah kemunculan rebab, tarawangsa biasa pula disebut dengan nama rebab jangkung (rebab tinggi), karena ukuran tarawangsa umumnya lebih tinggi daripada rebab. Pengertian Tarawangsa adalah semacam seni upacara menghormati dewi Padi (dewi Sri) dengan tarawangsa yang menjadi waditra pokoknya. Dan musik tarawangsa ini sering iringi dengan kecapi dan warga disana sering menyebutnya kacapi indung.


      Asal usul Musik Jentreng Tarawangsa


Menurut sumber yang saya temukan, Saat Rancakalong berada di bawah pemerintahan Mataram, Rakyat Rancakalong pernah ditimpa malapetaka yaitu hilangnya butiran padi dari dalam kulitnya. Padi banyak yang tidak jadi, biarpun berbuah tapi tidak berbiji atau hapa (Sunda). Kejadian ini diyakini bahwa masyarakat petani sudah melupakan tata tertib memuliakan padi atau Dewi Sri. Masyarakat pun gelisah dan panik menghadapi hal tersebut, dan mereka pun kebingungan dari mana dan kemana mereka harus mencari bibit padi. Para tokoh – tokoh  masyarakat pada waktu itu melihat terjadinya kelaparan, macam-macam penyakit, juga tidak sedikit yang meninggal dunia. Selanjutnya para tokoh masyarakat itu segera mengadakan musyawarah untuk menentukan keberangkatan ke Mataram untuk mencari bibit padi karena kabarnya di Mataram banyak bibit padi. Lalu ada utusan yang berangkat ke Mataram disertai utusan dari Sumedang yaitu Nyai Sumedang untuk membawa bibit padi itu.
Sesampainya di Mataram, mendapat kendala karena bibit padi di jaga dengan ketat tidak boleh di bawa keluar dari kerajaan Mataram dan selalu diincar oleh perampok, maka untuk membawa bibit padi tersebut para utusansalah satunya Embah Jati Kusumah menciptakan dua buah alat musik yang mempunyai fungsi sebagai alat untuk membawa benih padi dengan cara memasukannya ke dalam lubang resonator yang terdapat pada bagian belakang alat tersebut. Alat musik tersebut di beri nama Jentreng dan Tarawangsa.
Sampai di Rancakalong di sambut masyarakat dengan meriah karena keberhasilannya mendapatkan bibit padi. Dari mulai saat itulah kesenian Tarawangsa hidup dan berkembang di Rancakalong, pada awalnya Tarawangsa hanya merupakan kesenian yang bersifat instrumental akan tetapi kemudian oleh masyarakat Rancakalong dijadikan sebagai seni hormatan kepada Dewi Sri sehingga tidak hanya instrumen saja tetapi juga ada unsur upacara dan unsur tari. Kesenian ini dipergelarkan di Saung (rumah kecil tempat istirahat di sawah) sebagai upacara hormatan pada Dewi Sri dengan dipimpin oleh Saehu dan Paibuan.


      Instrumen Musik Jentreng Tarawangsa


Instrumen Musik Jentreng Tarawangsa adalah jentreng sabagai pengiring dari tarawangsa iru sendiri dan tarawangsa sebagai instrumen pokok yang berfungsi sebagai melodi pada musik ini. Alat musik tarawangsa terbuat dari kayu kenanga, jengkol, dadap,dan kemiri. Dalam ensambel, tarawangsa berfungsi  sebagai pembawa melodi / memainkan lagu, sedangkan jentreng berfungsi sebagai pengiring / mengiringi lagu.


      Cara memainkan Musik Jentreng Tarawangsa


.Sebagai alat musik gesek, tarawangsa tentu saja dimainkan dengan cara digesek. Akan tetapi yang digesek hanya satu dawai, yakni dawai yang paling dekat kepada pemain; sementara dawai yang satunya lagi dimainkan dengan cara dipetik dengan jari telunjuk tangan kiri. Kemudian, sebagai nama salah satu jenis musik, tarawangsa merupakan sebuah ensambel kecil yang terdiri dari sebuah tarawangsa dan sebuah alat petik tujuh dawai yang menyerupai kecapi, yang disebut Jentreng. Pemain tarawangsa hanya terdiri dari dua orang, yaitu satu orang pemain tarawangsa dan satu orang pemain jentreng
Alat Musik Jentreng Tarawangsa dimainkan dalam laras pelog, sesuai dengan jentrengnya yang distem ke dalam laras pelog. Demikian pula repertoarnya, misalnya tarawangsa di Rancakalong terdiri dari dua kelompok lagu, yakni lagu-lagu pokok dan lagu-lagu pilihan atau lagu-lagu tambahan, yang semua berlaraskan pelog. Lagu pokok terdiri dari lagu Pangemat/pangambat, Pangapungan, Pamapag, Panganginan, Panimang, Lalayaan dan Bangbalikan. Ketujuh lagu tersebut dianggap sebagai lagu pokok, karena merupakan kelompok lagu yang mula-mula diciptakan dan biasa digunakan secara sakral untuk mengundang Dewi Sri. Sedangkan lagu-lagu pilihan atau lagu-lagu yang tidak termasuk ke dalam lagu pokok terdiri dari Saur, Mataraman, Iring-iringan (Tonggeret), Jemplang, Limbangan, Bangun, Lalayaan, Karatonan, Degung, Sirnagalih, Buncis, Pangairan, Dengdo, Angin-angin, Reundeu, Pagelaran, Ayun Ambing, Reundeuh Reundang, Kembang Gadung, Onde, Legon (koromongan), dan Panglima.


      Pertunjukan  Musik Jentreng Tarawangsa


Musik Jentreng Tarawangsa biasanya disajikan berkaitan dengan upacara padi, misalnya dalam ngalaksa, yang berfungsi sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah. Dalam pertunjukannya ini biasanya melibatkan para penari yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mereka menari secara teratur.
Mula-mula laki-laki, disusul para penari perempuan. Mereka bertugas ngalungsurkeun (menurunkan) Dewi Sri dan para leluhur. Kemudian hadirin yang ada di sekitar tempat pertunjukan juga ikut menari. Tarian tarawangsa tidak terikat oleh aturan-aturan pokok, kecuali gerakan-gerakan khusus yang dilakukan Saehu dan penari perempuan yang merupakan simbol penghormatan bagi dewi padi. Menari dalam kesenian Tarawangsa bukan hanya merupakan gerak fisik semata-mata, melainkan sangat berkaitan dengan hal-hal metafisik sesuai dengan kepercayaan si penari. Oleh karena itu tidak heran apabila para penari sering tidak sadarkan diri. Semua Pemain Tarawangsa terdiri dari laki-laki, dengan usia rata-rata 50 – 60 tahunan. Mereka semuanya adalah petani.

0 Comment's:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...