Senin, 27 Juni 2011

cerpen Indonesia "Ketika Paksaan Berbuah Sukses"



    Pada sebuah Desa, tepatnya Desa Buniseuri kabupaten Bekasi tinggallah seorang keluarga yang hidupnya berkecukupan keluarga itu mempunyai satu orang anak yang bernama Asep Ali dan dia ingin melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi yaitu SMPN 1 Bekasi. Lalu Asep pun meminta izin kepada ibunya untuk mendaftar ke SMPN 1 Bekasi.
 “Bu saya minta izin untuk mendaftar ke SMP karena waktu pendaftarannya sudah di buka” kata Asep dengan suara yang rendah.
  ”Sep sebenarnya Ibu ingin menyekolahkan kamu ke Pesantren karena Ibu tidak banyak lagi memiliki uang, dan biasanya biaya masuk Pesantren lebih murah dari pada masuk SMP”
 “Ya Allah ternyata orangtuaku tidak mempunyai uang banyak dan kecurigaanku benar, ini masalah biaya”.Ujar Asep dalam hatinya sambil meremas jari-jarinya dan merunduk melihat ujung jari kaki.
“Ibu mau bercerita dulu, coba dengarkan…”

“Banyak orangtua yang mengirim anak-anaknya ke sekolah agama karena nilai anak-anak mereka tidak cukup untuk masuk SMP, akibatnya, Pesantren menjadi tempat murid warga kelas dua, sia-sia… Coba Asep bayangkan bagaimana kualitas para buya, ustadz dan da’i tamatan madrasah kita nanti, Bagaimana mereka akan bisa memimpin umat yang semakin pandai dan kritis? Bagaimana nasib umat islam nanti?”
Wajah Asep meradang keningnya berkerut-kerut dan perasaanya mulai tidak enak karena tidak mengerti arah pembicaraan Ibunya ini.
Ibu Asep memang dibesarkan dengan latar agama yang kuat. Ayahnya atau kakek Asep yang Asep panggil “Ke Mansur” adalah orang Alim yang berguru langsung kepada Syekh Sulaiman Rusly. Di awal abad ke dua puluh Syekh Sulaiman Rusly berguru ke Mekkah di Bawah asuhan ulama terkenal seperti Syekh Sayid EL-Yaman.
“Sep sebaiknya kamu sekolah di pondok pesantren saja” Ujar Ibunya.
“Tapi Bu, saya tidak berbakat dengan ilmu agama saya ingin menjadi wartawan dan ahli komputer,”
“Menjadi pemimpin agama lebih mulia daripada jadi wartawan,nak”
“Tapi aku tidak ingin…”
“Kamu anak rajin dan berbakat. Kamu akan menjadi pemimpin umat yang besar, apalagi kamu punya darah ulama dari kedua kakekmu.”
“Tapi aku tidak mau.”
“Pokoknya Ibu tidak rela kamu masuk SMP.”
“Tapi,,,,,,”    Tapi……”    Tapi…..”
Setelah lama berbantah-bantahan, dan diskusi ini tidak berujung. Pikiran mereka  jelas bersebrangan,dan Asep berada di pihak yang kalah. Asep pun menuruti apa kata Ibunya dengan keputusan setengah hati, dua hari kemudian dia dan bapaknya pergi ke sebuah desa di Jawa Timur tepatnya kecamatan Purworejo untuk mendaftar dan sekaligus masuk pondok pesantren yang bernama Darussalam.Sebelum meninggalkan rumah, Asep mencium tangan ibunya kemudian ia meminta doa dan minta ampun atas kesalahannya.Tangan ibunya kemudian mengusap kepala Asep. Dari balik kacamatanya Asep melihat cairan bening yang akan keluar dari mata ibunya. Kemudian ibunya berpesan “Baik-baik ya nak di Kampung orang Ibu percaya perjalanan ini untuk membela agama. Belajar ilmu agama sama dengan berjihad di jalan Allah SWT,”kata beliau.Wajahnya tampak di tegar-tegarkan.
    Kemudian Asep  bersama Ayahnya menaiki bus kecil harmonis yang berkentut-kentut merayapi puluhan tanjakan yang berada di Bekasi, setelah lima jam menaiki bus kemudian Asep dan ayahnya turun di terminal Harjamukti karena bus yang dinaiki pertamanya hanya sampai terminal, Kemudian Asep dan ayahnya naik lagi bus AC jurusan Jawa Timur tepatnya Banyuwangi , dalam perjalanan menuju Banyuwangi  di Jawa Timur Asep dan ayahnya menghabiskan waktu selama satu setengah hari di karenakan mobil yang mereka naiki mogok di jalan, sesampainya di stasiun Banyuwangi  Ayahnya Asep bertanya kepada supir angkot,
”Assalamualaikum Pak numpang tanya kalau pondok pesantren Darussalam naik angkot yang mana?”
“Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh bapak mau menyekolahkan anaknya di pondok Pesantren?” tanya pak supir.
“Iya pak”
“Kalau pesantren Darussalam bapak bisa naik angkot dua empat angkot itu lewat ke pondok pesantren Darussalam”Ujar pak supir dengan sopan.
”Makasih ya pak atas penjelasannya”
“Sama-sama”
Kemudian Asep dan bapaknya naik angkot dua empat dan setelah sepuluh menit terlihatlah sepanduk pondok pesantren Darussalam kemudian Asep bersama bapaknya turun di pertigaan pondok pesantren Darussalam dan di awal masuk jalan pondok pesantren Darussalam terdapat tulisan Ahlan wasahlan fi ma’had Darussalam – Selamat datang di Pondok Darussalam kemudian Asep dan ayahnya menuju ruang pendaftaran dan langsung mendaftar. Lalu mereka  istirahat sejenak dan tiba-tiba terdengar pengumuman dengan suara yang keras dari seorang ustadz : “Bapak-bapak ibu-ibu dan tamu tamu pondok Darussalam yang berbahagia, selamat datang di pondok Darussalam. Hari ini saya akan menemani anda semua untuk keliling melihat berbagai sudut pondok pesantren Darussalam yang luasnya sepuluh hektar ini, jangan takut kita tidak akan mengelilingi semua, hanya yang penting-pentingnya saja. Siapa yang ingin ikut tur silahkan kumpul lagi di ruangan ini lima belas menit lagi.
“Pondok Darussalam memiliki sistem pendidikan 24 jam. Tujuannya adalah untuk menghasilkan manusia yang tangguh.”Ustadz membuka tur pagi itu dengan fasih.
Kemudian mereka  dibawa keliling menuju pelosok-pelosok pondok Darussalam mulai dari asrama,perpustakaan,aula,Masjid, menara yang ada disamping Masjid dan lain-lain. Setelah itu mereka  istirahat di kamar-kamar yang telah di siapkan oleh panitia penerimaan santri baru. Setelah istirahat Asep bangun jam empat untuk belajar dikarenakan pada waktu malam harinya dia ikut tur mengelilingi pondok setelah belajar selama setengah jam Adzan Shubuh pun berkumandang dan Asep membangunkan bapaknya yang masih tidur di sampingnya setelah itu dia langsung menuju kamar mandi untuk mengamabil air wudhu bersama bapaknya dan langsung menuju masjid untuk sholat shubuh berjamaah kemudian Asep mandi dan bersiap-siap untuk tes, dan hasilnya Alhamdulillah diterima di podok Darussalam, dan bapaknya pulang meninggalkan Asep di pondok. Pada malam harinya adalah perkenalan dan pembacaan qonun (peraturan), kemudian setelah itu Asep dan teman-teman masuk kamar untuk tidur.
Pada pagi-pagi sekali tepatnya pukul 03.30 Asep dan teman-teman lainnya telah di bangunkan untuk melaksanakan sholat Tahajud, kemudian setelah sholat tahajud Asep dan teman-teman diharuskan membaca Al-Quran oleh Kismul Amni - bagian keamanan sambil menunggu sholat Shubuh. Dan setelah sholat Shubuh Asep dan teman-temannya diberikan kosakata bahasa Arab oleh Ustadz Haris dan kosakata yang pertama kali Asep dengar adalah Milaqotun yang artinya sendok dan Shohnun yang artinya piring kemudian setelah menerima kosakata Asep dan teman-temannya menuju asrama untuk mandi dan persiapan-persiapan untuk masa orientasi santri dan Asep harus mengikuti acara MOS ini sampai pukul 16.00 dan setelah itu Asep dan teman-temannya diberikan waktu untuk istirahat kemudian Asep , Atang, Reyhan, Hilmi dan Anhar membeli mie ayam di kantin dikarenakan perutnya sudah berbunyi dari tadi Dzuhur.kemudian setelah makan mie ayam di kantin mereka berlima menuju kamar untuk mengobrol karena Asep dan teman-teman barunya belum kenal jauh lalu Asep , Atang, Reyhan, Hilmi dan Anhar mengobrol ngalor ngidul tidak terasa oleh mereka bahwa pukul 17.00 harus sudah ada di Masjid untuk pembacaan Al-Ma’tsurat bersama-sama, kemudian mereka mandi dan pergi ke Masjid dengan telat. Sesampainya di Masjid Asep, Atang, Reyhan, Hilmi dan Anhar diberdirikan oleh laki-laki muda berjas hitam, berkopiah dan sebuah sejadah hijau tersampir di bahu kirinya didadanya tersemat pin perak bundar berkilat bertuliskan kismul Amni - bagian keamanan, kalau ini film koboi dia adalah Sherif berwajah keras yang siap mengokang pistolnya dengan wajah tenang dia bertanya kepada mereka berlima
“mengapa kalian terlambat?” Ujar kismul Amni
“Tadi…..tadi habis mandi dulu” ujar mereka berlima dengan suara terbata-bata
Kemudian dia menyuruh kepada mereka berlima untuk memegang kuping teman yang ada disebelahnya dan mencubitnya sampai merah dan setelah itu mereka  semua berlima di suruh untuk menulis Surat Al-Ikhlas sebanyak 3 Kali. kemudian dalam hati Asep bergerutu ini orang perawakannya pendek, gempal, menyerupai sang juara tinju Mike Tyson dan matanya tidak lepas menusuk mereka  bagai pemburu ulung. Kemudian mereka  berlima membaca Al-Matsurat bersama-sama, setelah itu mereka  berlima bergabung dengan teman-teman lainnya.
Selama tujuh hari lamanya Asep dan teman-temannya di MOS, sekarang tiba waktunya bagi mereka untuk menerima pelajaran dari pondok Darussalam yang pertama dan pelajaran pada hari ini adalah: bahasa arab,bahasa inggris,matematika dan biologi. Tiba-tiba saja masuk seorang laki-laki muda bertubuh kurus dan mengucapkan Manijtahada Hashola sedangkan telunjuknya lurus teracung di udara suaranya menggelegar, sorot matanya berkilat-kilat menikam mereka  satu persatu. Wajahnya serius, alisnya hampir bertemu dan otot gerahamnya bertonjolan seakan mengerahkan tenaga dalamnya untuk menaklukan jiwa mereka  Manijtahada Hashola sepotong kata asing ini mantera ajaib yang ampuh bekerja. Dengan wajah berseri-seri dan senyum sepuluh senti menyilang di wajahnya.Setiap dia berteriak, mereka  menyalak balik dengan kata yang sama, Manijtahada Hashola mantera ajaib berbahasa arab ini bermakna tegas ”Siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil !” dan laki-laki ini adalah Ustadz Huda wali kelas Asep .Setelah pelajaran bahasa arab selesai pelajaran selanjutnya adalah bahasa inggris dan tidak disangka setelah lima menit Ustadz Huda meninggalkan kelas mereka  seseorang laki-laki bermuka oval, berambut pirang dan berbadan gempal menuliskan sebuah kata di papan tulis yang bertuliskan “No gain without pain” Asep dan teman-temannya heran di kelas karena dia hanya menuliskan kalimat itu kemudian mereka  disuruhnya untuk menghapalkan kalimat itu dan setelah itu tulisannya dihapus kembali dan mereka  semua di tes satu persatu setelah mengetes semua siswa dia mulai meperkenalkan dirinya dan namanya Mr. Opik dan memberi tahu artinya tulisan yang tadi “Tidak akan berhasil tanpa pengorbanan” Ujarnya sambil menyuruh para santri menuliskan artinya pada buku catatannya. Tidak terasa hari pertamapun belajar di pondok pesantren Darussalam selesai, kemudian Asep beserta empat orang kawannya yaitu, Atang, Reyhan, Hilmi dan Anhar pergi kesebuah menara dekat Masjid untuk mengerjakan hukuman yang diberikan oleh bagian keamanan.                                                                                               
    Sejak dihukum oleh kismul Amni – bagian keamanan Asep, Atang, Reyhan, Hilmi dan Anhar lebih sering berkumpul dan belajar bersama di menara itu, jika mereka lelah belajar mereka bercerita tentang impian-impiannya, bagaikan menara, cita-cita mereka tinggi menjulang, dan mereka ingin sampai di puncak-puncak mimpi-mimpi mereka kelak. Pada suatu hari mereka sedang berkumpul di menara kemudian mereka berlima membayangkan impian-impiannya sambil melihat ke langit yang biru kemudian Asep berkata kepada Atang.
”Lihat tang awan itu menyerupai peta negara Inggris.”Sambil menunjuk ke awan yang di bayangkan oleh Asep.
“Bukan negara Inggris tapi Arab saudi.”balas atang
“Kalau saya sudah besar saya ingin pergi ke Inggris dan kuliah di sana, sesuai dengan apa yang saya impi-impikan sejak ini.”ujar Asep,Kemudian Reyhan berkata
“Lihat teman-teman awan itu seperti peta negara Jerman.”Ujar Anhar dengan muka yang antusias.
“Bukan negara Jerman, tapi negara Indonesia har.”Balas Hilmi
“Tapi………….saya melihat awan itu berbentuk peta negara Jerman.”Ujar Anhar tidak mau kalah.
    Setelah lama berbatahan satu sama lain mereka melamunkan impian-impian mereka masing-masing, setelah itu mereka pulang ke asrama untuk mandi dan setelah mandi mereka pergi ke Masjid untuk membaca Al-Matsurat sekarang mereka takut untuk berleha-leha karena terlambat satu menit saja mereka akan mendapatkan hukuman dari bagian keamanan, setelah membaca Al-matsurat Atang dari Bandung di panggil ke kantor pengasuhan, tidak lama kemudian Atang keluar dengan muka berseri-seri dan ceria ternyata Atang mendapat kiriman wesel dari orangtuanya di Bandung. Atangpun izin ke asrama untuk menyimpan weselnya di kamar setelah menyimpan wesel itu Atang kembali ke Masjid kemudian berbisik ke telinga Anhar dan Asep
“Nanti ke kamar saya, saya punya susuatu untuk kalian ajak Reyhan dan Hilmi.”Ujar Atang dengan sedikit takut karena ada bagian keamanan yang melihat pembicaraaan mereka bertiga.
“Insya Allah.”Ujar mereka berdua bersamaan.
Kemudian Asep dan Anhar memberitahukan kepada Reyhan dan Hilmi.Setelah pulang dari Masjid mereka berempat  menuju kamar Atang dan Atang pun membuka wesel yang baru saja di terimanaya tadi dan memberikan sedikit makanan-makanan kepada mereka  berempat dan mereka pun makan bersamaan di kamar Atang setelah makan kue yang telah di berikan Atang kepada mereka  berempat mereka  menuju dapur untuk mengambil makan, dan makan bersamaan di ruang utama asrama setelah makan bersama, mereka berlima menuju Masjid untuk melaksanakan sholat Isya berjamaah sambil menunggu adzan Isya mereka berlima bercanda gurau mebicarakan tentang kakak kelasnya yang lucu dan humoris, dan setelah datang teman-teman lainnya mereka berbaris menuju shaft yang paling depan, Adzanpun berkumandang mereka shalat berjamaah kemudian setelah sholat berjamaah K.H.Achidin Noor .MA  pimpinan pondok pesantren Darussalam memberikan Tausyiyah atau pengarahan di dalam pengarahannya itu beliau mengajak para santrinya untuk bermain bola di lapangan besar pada hari Minggu. Para santripun bersorak gembira dan diantara mereka  berlima yang paling antusias adalah Hilmi karena hobinya adalah sepak bola. Kemudian Tausyiah pun di Akhiri dengan Mushofahah artinya salam-salaman antara para ustadz dengan para muridnya.
    Hari demi hari para santri melewati dan akhirnya sampailah pada hari Minggu, pagi-pagi sekali tepatnya pukul 05.30 K.H.Achidin Noor datang keasrama untuk mengajak para santrinya bermain bola, kemudian semua ustadz dan para santrinya pondok pesantren Darussalam berjalan kaki menuju lapangan sepakbola setibanya dilapangan mereka pemanasan terlebih dahulu dan dipimpin oleh seorang anak laki-laki yang menghukum Asep beserta empat temannya, namanya adalah Beni ketua bagian disiplin di pondok pesantren Darussalam, setelah pemanasan mereka di bagi dua tim oleh Kiai Achidin dan ternyata Asep bersama Hilmi akan tetapi, lawan yang mereka hadapi adalah Beni ketua bagian keamanan dan Kiai Achidin setelah peluit berbunyi striker lawan yaitu Kiai Achidin langsung menggiring bola menuju gawang Asep dan yang menjaga gawang pada tim Asep ialah Asep sendiri kemudian diluar kotak finalty kiai Achidin mengancang-ancang akan menembakan bolanya menuju gawang Asep dan Asep pun berusaha menangkapnya dan akhirnya bola tidak bisa ditangkap karena tendangannya begitu melesat menuju gawang Asep skor pun berubah menjadi 1-0 kemudian terdengar selentingan suara dari sebelah kiri gawang Asep “ini namanya Ronaldo hafal Quran!” dan ternyata orang yang berbicara demikian itu adalah Anhar yang sedang tidak ikut bermain bola karena sakit diai hanya menonton di pinggir gawang Asep. Kedudukan 1-0 pun sampai akhir pertandingan dan pemenangnya adalah tim kiai Achidin Noor.
Bulan demi bulan terus di lewati Asep dan akhirnya sampai pondok Darussalam kedatangan kedutaan besar dari Inggris kemudian Mr.opik memanggil Asep untuk menyambut duta besar itu dengan student speaker bahasa Inggris karena Asep terkenal pintar dalam pelajaran bahasa Inggrisnya dan pengucapan bahasa Inggrisnya sangat bagus kemudian hari demi hari Asep latihan di depan Atang, Anhar, Hilmi dan Reyhan supaya lancar nanti di depan duta besar dan waktunya tinggal satu hari lagi kemudian Asep di panggil oleh Mr.Opik untuk di tes pidatonya dan hasilnya Alhamdulillah bagus setelah itu Mr.opik berpesan,
“Tinggal rasa kepercayaan diri kamu yang belum ada pada diri kamu dan kamu harus latihan lebih sering lagi berpidato di depan teman-teman kamu” Ujar Mr.Opik
“Ya pak saya akan lebih sering latihan.” Balasnya
Kemudian Asep keluar dan mengumpulkan lebih banyak lagi teman-temannya kemudian dia berdiri di depan teman-temannya itu dan berpidato layaknya seorang Soekarno suaranya enak didengar dia seperti orang Inggris asli.Setelah pidato dia kembali ke asrama untuk istirahat karena besok dia harus tampil di depan Duta Besar Inggris. Di Shubuh yang gelap gulita Asep bangun dan langsung mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat Tahajud Asep dan di akhir tahajudnya Asep berdoa supaya di mudahkan dalam pidatonya, pada pukul sembilan duta besarnya datang dengan pakaian yang sopan langsung saja ustadz Huda mempersilahkan duta besarnya duduk di kursi yang paling depan kemudian Asep di panggil oleh pembawa acara untuk memberikan pidato bahasa Inggrisnya dan Asep pun mengambil judul “Recaiting Al Basmalah” setelah selesai pidato bahasa Inggris Asep di tawarkan untuk kuliah di Inggris oleh Mr. George, dan Asep pun tidak menolaknya.
    Waktu terasa bagai beliung yang menyedot hari-hari Asep dengan kencang, telah hampir setengah tahun Asep di pondok pesantren Darussalam dan selama ini pondok Darussalam benar-benar tidak memberi Asep waktu untuk berleha-leha. Semua terjadi cepat, padat, ketat. Dan Akhirnya Asep di hadapkan denga Ujian Akhir Semester sebelum ujian akhir semester kiai Achidin mengumpulkan semua santri-santrinya di Aula dan memberikan arahan sekaligus membuka pekan ulangan di pondok Darussalam setelah memberikan arahan kemudian Kiai Achidin membuka pekan ulangan akhir semester yang berlangsung selama dua pekan, pekan pertama adalah ujian pondok yang berisi lisan dan ujian-ujian praktek sedangkan, pekan kedua adalah ujian tulisan. Kemudain Kiai Achidin pun membuka pekan ulangan di pondok Darussalam dengan simbolis suara Goong besar yang di pukul sebanyak dua kali, setelah itu Kiai Achidin berdoa “Rabbii jidnii ilman warzuknii fahman” dan ditutup dengan salam. Setelah dibukanya pekan ulangan pondok Darussalam selama dua Minggu ke dapan para santriwan dan santriwatinya tidak ada kegiatan ekstrakulikuler dan di wajibkan kemana-mana membawa buku kecuali ke kamar Mandi. Setelah itu Asep, Atang, Anhar, Hilmi dan Reyhan mereka sering berkumpul di menara dekat Masjid untuk belajar bersama-sama setelah selama dua Minggu ujian di jalani oleh santriwan dan santrwati kini tiba saatnya untuk mengetahui siapa juara umum yang akan mendapatkan uang, kemudian Ustadz Zakaria naik keatas panggung dan memulai pembicaraannya,
“ Assalamualaikum pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kita kepada Allah karena berkat kehendak Allah ujian akhir semester ini selesai, tidak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada nabi kita pemimpin umta Islam yakni Muhammad SAW. Berdirinya saya disini saya akan mengumumkan juara umum dan dia yang terpilih sebagai juara umum berhak mendapatkan uang dari pondok Darussalam, dan akhirnya juara tersebut jatuh kepada Ukhtii Azkiyatul Fajrin santriwati asal Mojokerto Jawa Tengah kepada nama yang di panggil di harapkan untuk naik ke atas panggung.”ujar Ustadz Zakaria. Dan tiba-tiba saja seseorang yang mengenakan gamis biru tua dipadukan dengan jilbab berwarna putih naik ke atas panggung dan menerima amplop dari Kiai Achidin Noor,MA. Dan ternyata Asep terbengong melihat sosok Azkiyatul Fajrin yang mirip seorang Artis Indonesia yang terkenal sebut saja namanya yaitu Zaskia Adya Mecca. Setelah itu mereka berlima saling mencari-cari perhatian Azki, pernah suatu hari ketika mereka ingin pergi menuju Masjid mereka berjalan melewati asrama perempuan dan pada saat itu Azki sedang diluar dia sedang piket asrama kemudian Asep tersenyum sambil melirik ke arah Azki sedangkan Azkipun membalas senyuman Asep dengan malu-malu takut ketahuan oleh wali asrama.
    Tahun demi tahun, bulan demi bulan, hari demi hari, Asep jalani dan menghabiskan waktunya selama di pondok dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang baik bersama empat kawannya disana mereka seperti senasib, karena mereka jalani tahun demi tahun bersama, setelah menjalani itu semua  kini tiba waktunya untuk Imtihan Akbar, yang artinya adalah Ujian Besar mengapa dikatakan demikian, karena Ujian ini adalah ujian dimana semua kelas enam akan di uji lulus tidaknya dari Pondok Darussalam dan soalnyapun dari mulai mereka masuk pondok Darussalam sampai denga kelas enam, sebelum ujian kiai Achidin Noor mengumpulkan santri-santri kelas enamnya di aula kemudian kiai Achidin maju ke podium dan berkata.
“Pada kali ini kalian akan dipersiapkan untuk ujian kelulusan dari pondok Darussalam, dan saya didukung oleh para Ustadz lainnya akan mempasilitasi kalian untuk belajar dan mulai besok kalian tidak belajar di kelas akan tetapi, kalian belajar di aula ini di aula ini kalian diskusi, tidur belajar dan untuk sholat tetap pergi ke Masjid dan selama sebulan kalian akan dibimbing oleh ustadz-ustadz senior. ”       
Kemudian kiai Achidin menutup arahannnya dengan doa “Allohumma zidna ilman warzuqna fahman”…Tuhan tambahkan ilmu kami dan anugerahkan pemahaman kepada kami…”
Setelah itu Ustadz Huda maju ke podium dan mengumumkan kelompok-kelompok belajar selama di Aula dan Asep mendapat kelompok belajar dengan lima orang dari kelas lain, Asep diberi kavling tepat di sudut barat aula. Di kavling inilah mereka akan menghabiskan waktu selama sebulan kedepan. Aula ini terus berdenging dengan suara ratusan orang yang belajar untuk menghadapi ujian akbar, detak kehidupan di aula ini benar-benar 24 jam. Ada yang belajar siang malam tidur tapi ada juga yang kebalikannya lebih suka belajar malam dan siang tidur. Yang jelas, mereka dipaksa untuk belajar. Hari demi hari dilewati Asep dengan penuh perjuangan yang begitu besar tinggal satu hari lagi pada hari terakhir ini Asep tidak membuka buku tetapi ia menenangkan diri untuk menghadapi ujian lisannya.
Ujian pada hari pertama dalah ujian lisan Arabiyah ”silahkan,” undang ustadz Huda ketika Asep mengetok ruang ujian lisan, pertanyaan yang diberikan ustadz Huda lebih menggiring kepada sebuah ilmu misalnya, ”coba sebutkan sebuah kalimat lengkap bahasa arab dan uraikan fungsi dan tata kalimat itu!” secara global Asep bisa menjawab tapi, begitu masuk ke detail dan contoh konkrit Asep berjuang memaksakan ingatannya bekerja keras. Setelah sepuluh hari ujian lisan selesai ujian selanjutnya adalah ujian tulisan yang lamanya ujian ini hanya enam hari saja sejak itu Asep lebih semangat lagi belajar karena dia ingin cepat-cepat lulus dari pondok Darussalam, setelah melewati lima hari ujian tulisan kini tiba waktunya untuk ujian pelajaran kesenangan Asep yaitu bahasa Inggris, kalau beberapa ujian sebelumnya Asep lewati dengan mengecewakan tapi ujian bahasa Inggris ini memberi optimisme karena, pelajaran yang Asep senangi dan selalu mendapatkan nilai yang bagus, setelah bel berbunyi kemudian Asep menyerahkan lembar jawabannya kepada pengawas, dan Asep merasa puas dan tentram karena merasa telah melakukan yang terbaik, berusaha berbuat diatas rata-rata usaha orang lain, telah berdoa dan bertawakkal.
    Pada esok harinya adalah pengumuman dan bagi santri yang dinyatakan lulus telah diperbolehkan pulang sedangkan Asep, Atang, Anhar, Hilmi dan Reyhan lulus kemudian mereka pamit kepada para ustadz dan para adik-adik kelasnya, Asep pun menuju bandara karena ia mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Inggris dari Mr.Geoge duta besar Inggris, yang pada waktu itu datang ke pondok Darussalam sedangkan Atang diberangkatkan oleh pondok Darussalam untuk kuliah di Al-Azhar kairo karena dia mempunyai hapalan Al-Quran yang banyak dan bahasa arab yang begitu fasih.
    Setelah lima tahun kuliah di Inggris tiba-tiba saja Asep kedatangan teman lamanya yaitu Anhar dan Atang mereka bertiga mengobrol di rumah Asep di Inggirs Dulu mereka melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi Asep melihat awan seperti negara Inggris, Atang melihat awan seperti negara arab, Anhar sangat percaya bahwa awan itu berbentuk negara Jerman, sedangkan Reyhan dan Hilmi sangat nasionalis awan itu berbentuk negara Indonesia.Dulu mereka hanya bisa melihat awan-awan tapi sekarang mereka sudah ada pada negara-negara yang di lihatnya melalui awan. Setelah mereka berdoa dan berikhtiar, Tuhan telah mengirim awan-awan itu ke pelukan mereka masing-masing, dan kata yang memotivasi mereka adalah manijtahada hashola, barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil…                            
                               
zaenalramdhani.blogspot.com

0 Comment's:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...